TEKNOBUZZ – Pasar smartphone Asia Tenggara mengalami kontraksi pertama sejak tahun 2024 lalu, dengan pengiriman menurun sebesar 3% menjadi 22,8 juta unit pada kuartal pertama 2025. Berdasarkan hasil riset terbaru Canalys, penurunan ini terjadi setelah lima kuartal berturut-turut mencatatkan pertumbuhan tahunan.
“Pasar smartphone Asia Tenggara memulai 2025 dengan catatan lambat akibat tekanan inflasi dan kelebihan stok usai musim liburan di akhir 2024,” ujar Le Xuan Chiew, Research Manager di Canalys.
Laporan terbaru Canalys menunjukkan negara-negara Asia Tengara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand juga berkontribusi dengan kekuatan industri lokal masing-masing yang memperkuat posisi Asia Tenggara dalam rantai nilai smartphone global.
Dengan berbagai tantangan ekonomi dan perubahan pasar, para pemain smartphone dituntut untuk adaptif dan strategis demi mempertahankan posisi di pasar Asia Tenggara yang semakin kompetitif. Meski begitu, nama-nama besar seperti Samsung, OPPO, Transsion Group (Infinix, Tecno, dan itel), serta Vivo masih mendominasi pasar smartphone Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Samsung Rebut Posisi Teratas

Dalam laporan Canalys bertajuk “Canalys Southeast Asian Shipment and Market Pulse Q1 2025”, Samsung berhasil merebut kembali posisi teratas dalam pasar smartphone Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Samsung berhasil meraih total pangsa pasar tertinggi mencapai 19% melalui total pengapalan mencapai 4,3 juta unit selama Kuartal 1 (Q1) 2025. Keberhasilan ini dipengaruhi oleh strategi Samsung dalam memperkuat kerja sama dengan operator serta peningkatan lini produk 5G, khususnya seri A yang tumbuh 47% secara tahunan.
“Fokus pada peningkatan market share dan kemitraan dengan operator telah terbukti efektif,” jelas Sheng Win Chow, Senior Analyst Canalys.
Baca juga: Samsung Luncurkan Komunitas Olahraga, Galaxy Active Club
Selanjutnya ada Xiaomi di peringkat kedua dengan total pengapalan mencapai 4 juta unit dan market share 17% selama Kuartal 1 (Q1) 2025. Dengan begitu, Xiaomi menjadi satu-satunya brand smartphone dari lima besar brand smartphone yang mencatatkan pertumbuhan tahunan, naik 4% menjadi 4 juta unit. Pencapaian ini mengantarkan Xiaomi ke peringkat dua dengan pangsa pasar 17%, tertinggi sejak puncaknya di 2019.
“Xiaomi menunjukkan fleksibilitas dengan mempercepat peluncuran seri Note dan memperluas kanal distribusi termasuk operator dan penjualan langsung ke konsumen,” tambah Chiew.
TRANSSION menempati posisi ketiga dengan pangsa 15%, meski turun 20% akibat peluncuran produk baru yang lebih awal pada 2024. Sementara itu, OPPO mengalami penurunan 16% dan hanya meraih 14% pangsa pasar, karena disebabkan oleh lesunya penjualan smartphone entry-level mereka. Sedangkan vivo masih bertahan di lima besar dengan dukungan kuat dari seri V yang tumbuh 34% secara tahunan.
Para analis Canalys menekankan pentingnya diversifikasi saluran distribusi sebagai strategi menghadapi ketidakpastian pasar.
“Diversifikasi saluran mampu mengurangi ketergantungan pada segmen harga rendah dan membantu pengelolaan inventaris yang lebih bijak. HONOR menjadi contoh sukses dengan pertumbuhan 88% berkat perluasan portofolio produk dan kanal distribusi,” ungkap Chow.
Xiaomi Memimpin Pasar Smartphone Indonesia

Sementara laporan Canalys lain bertajuk “Top 5 Brand Smartphone in Southeast Asian Q1 2025”, menunjukkan bahwa Xiaomi berhasil menembus dua besar brand smartphone di lima negara utama kawasan Asia Tenggara yaitu Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Sementara merujuk pada Canalys “Top 5 Brand Smartphone in Indonesia Q1 2025”, Xiaomi berhasil meraih posisi pertama dengan pangsa pasar sebesar 19% di Indonesia selama Q1 2025.
Baca juga: Xiaomi SU7 Ultra Siap Melaju di Lintasan Virtual Gran Turismo
Kemudian diikuti oleh Transsion dan OPPO yang masing-masing menguasai 17% pangsa pasar smartphone di Indonesia. Sementara Samsung menempati urutan keempat dengan market share 16%. Sedangkan vivo berada di posisi kelima dengan market share 16%.