2.8 C
New York
Friday, February 7, 2025

Buy now

Fatal, Ada Kekeliruan dalam Penanganan Keamanan Siber

TEKNOBUZZ – Persoalan besar di bidang keamanan dan ketahanan siber sesungguhnya ternyata bukanlah terletak pada masalah tehnologi dan penguasaanya.

Menurut Menurut Ardi Sutedja, Ketua & Pendiri Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), selama ini kekeliruan ini dipelihara tanpa adanya kemauan dan kemampuan untuk melihat berbagai persoalan keamanan siber yang kita akan hadapi dan yang sudah dihadapi dari Helicopter View.

“Disamping persoalan kritis tentang sumber daya manusia atau Human Talents, meskipun banyak yang mengklaim bahwa kita memiliki jumlah talenta yg besar, namun sesungguhnya dari segi kualitas kita masih sangat jauh tertinggal dari standar kualifikasi, profesionalisme dan “battle ready & battle proven” yang sudah menjadi standar Best Practices yang berlaku global,” ungkap Ardi.

Kekeliruan dan ketidak-mampuan ini menurutnya terletak pada tiadanya postur Leadership dan Risk Culture terkait dengan munculnya berbagai potensi dan ancaman dan analitikal profiling di bidang siber yang banyak tidak dipahami.

Kita selama ini sudah terjebak untuk hanya mampu melihat segala sesuatunya sesuai dengan keinginan kita dan apa yang diarahkan (Cognitive Impairment) oleh berbagai kepentingan komersial (hype, FoMo & trend) yang sudah menjadi masalah pada ancaman dan postur keamanan dan ketahanan siber kita.

Ardi Sutedja, Ketua & Pendiri Indonesia Cyber Security Forum (ICSF)

Fakta lainnya, kita ini hanya konsumen yang memiliki ketergantungan pada produk dan jasa tehnologi ciptaan pihak ketiga yg sesungguhnya bukan hasil cipta dan olah anak bangsa.

Bahkan fakta sejarah kehebatan masa lalu kita di bidang tehnologi banyak yang tidak mengetahuinya dan sudah hilang dari buku-buku pelajaran sejarah. Kita semakin tidak berdaya dan kritis untuk bertanya tentang resiko tehnologi yang kita sama-sama pergunakan dan manfaatkan untuk kenikmatan kita.

“Inilah fakta-fakta sesungguhnya yg dapat dapat disederhanakan dalam 2 aspek, yaitu ancaman nyata di rantai pasok / Supply Chain dan Firmware Integrity yang celakanya sama sekali tidak kita kuasai bahkan fasilitas pendukungnya pun tidak ada di kita,” tegasnya.

Baca juga: Pengamat: Judi Online Sulit Diberantas, Ini Penyebabnya

Dari segi konsep manajerial pun, untuk keamanan dan ketahanan siber pun menurut Ardi kita tidak memilikinya, apa yang selama ini sudah berlaku sebagai prinsip sustainability pada Financial Service Industry yang dikenal dengan Govenance- Risks-Compliance sebaiknya dijadikan pedoman dasar yang dapat kita sepakati bersama sebagai Budaya Baru Penanggulangan & Sadar Keamanan Siber Nasional

“Dan paling terpenting kedepan sebagai budaya baru, harus ada sikap kesungguhan, transparen, mengakui kekurangan, rasa saling menghormati dan percaya satu sama lain (mutual trust & respect) dll. yang dibangun melalui kolaborasi dengan para pemangku kepentingan (multi-stakeholder),” pungkasnya.

Inilah tantangan dan opportunity kita bersama dalam membangun postur Keamanan dan Ketahanan Siber bersama pada tahun 2025 dan sekaligus menyongsong Indonesia Emas 2045.

Related Articles

- Advertisement -spot_img

Latest Articles