TEKNOBUZZ – Di era digital dan AI yang semakin berkembang pesat saat ini, mencari informasi apapun di mesin pencarian seperti Google semakin mudah. Apalagi Google sudah memiliki fitur AI Overview dari Google yang menggunakan kecerdasan buatan (AI) generatif untuk memberikan ringkasan jawaban instan di halaman hasil pencarian. Sehingga pengguna tidak perlu membuka banyak situs untuk mendapatkan informasi yang mereka cari.
Fitur ini membantu pengguna mendapatkan jawaban yang relevan dan spesifik dengan cepat dari berbabagi sumber, seperti situs perusahaan, blog, hingga situs media atau berita online ternama di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Tapi perlu diingat bahwa AI Overview dapat memberikan informasi yang tidak akurat, sehingga pengguna Google disarankan untuk tetap kritis dan memverifikasi informasi penting dengan mengecek fakta dari sumber lain.
Namun, masalah muncul ketika konten yang dirangkum AI Overview berasal dari media tanpa izin atau kompensasi dari media online tersebut. Sehingga menimbulkan protes dari media yang merasa dirugikan oleh Google akibat pengambilan datanya tanpa izin.
Baca juga: Komdigi: Indonesia Harus Ikut Menentukan Aturan Main AI Global!
Media Online Merasa Dirugikan dan Menuntut Google

Pengambilan artikel atau data tanpa izin dan kompensasi oleh Google AI Overview tersebut membuat banyak media online di seluruh dunia, merasa dirugikan. Hal ini memicu para rakasasa media di dunia, diantaranya Penske Media asal Amerika Serikat yang merupakan induk dari Rolling Stone, Billboard, dan Variety untuk menggugat Google. Gugatan ini dianggap sebagai titik penting dalam perdebatan global mengenai penggunaan konten media oleh kecerdasan buatan.
Mengutip laman Reuters, Penske menuduh Google menggunakan konten jurnalistiknya tanpa lisensi untuk melatih AI sekaligus menampilkan ringkasan artikel. Akibatnya, trafik ke situs media menurun drastis, hingga pendapatan iklan dan afiliasi berkurang lebih dari sepertiga sejak puncaknya di 2024.
Selain itu, Google disebut memanfaatkan dominasinya di pasar pencarian dengan pangsa hampir 90% di AS untuk menekan penerbit agar menyerahkan konten jika ingin tetap tampil di hasil pencarian.
Penske mencatat sekitar 20% pencarian yang mengarah ke situsnya kini menampilkan AI Overviews, angka yang diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini dikhawatirkan mengancam keberlangsungan media online (digital) dan kualitas jurnalistik.
Tanggapan Google Terkait Gugatan Penske Media
Google membantah tuduhan tersebut. Menurut juru bicara Jose Castaneda kepada Reuters, AI Overviews justru membantu pengguna menemukan jawaban lebih cepat sekaligus membuka peluang konten media lebih mudah ditemukan.
Kasus ini bukan yang pertama. Sebelumnya, Chegg juga menggugat Google dengan alasan serupa. Sementara itu, pesaing seperti OpenAI sudah lebih dulu menjalin kesepakatan lisensi dengan media besar. Perkara ini diperkirakan menjadi sorotan penting dalam menentukan aturan pemakaian konten media oleh AI di masa depan.
Untuk itu, perlu ada kerjasama seperti perizinan dari penyedia konten termasuk media online, platform search engine, platform AI dan semua pihak yang terkait, agar semua pihak termasuk media online di seluruh dunia, tidak ada yang merasa dirugikan.


