TEKNOBUZZ – Di tengah gempuran hoaks dan disinformasi yang merusak tatanan digital belakangan waktu terakhir, termasuk berbagai isu yang berkaitan dengan sejumlah kegiatan demonstasi yang berlangsung dalam sepekan terakhir, Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi), Nezar Patria, menjabarkan arti penting jurnalisme profesional sebagai pilar persatuan bangsa sekaligus penjernih informasi di tengah derasnya arus hoaks, disinformasi, dan misinformasi di ruang digital.
Menurut Nezar, jurnalisme profesional harus menjadi pembeda utama dari konten media sosial.
“Jurnalisme profesional bisa menjadi rumah penjernih informasi. Wartawan yang bekerja menjernihkan informasi, mengembalikan integritas dari informasi yang beredar di tengah kekacauan informasi digital,” tegasnya dalam Silaturahmi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Balai Pelatihan dan Pengembangan TIK Kementerian Komdigi, Cikarang.

Mengutip situs resmi Komdigi, selain dihadiri Nezar Patria, acara Silaturahmi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) ini dihadiri jajaran pengurus PWI, Dirjen Komunikasi Publik dan Media Kemkomdigi Fifi Aleyda Yahya, serta tokoh pers nasional ini menjadi momentum memperkuat langkah bersama untuk menjaga keberlanjutan media dan memperkokoh demokrasi Indonesia di era digital.
Selain itu, Nezar Patria menyebut disiplin verifikasi adalah garis batas yang menegaskan kualitas jurnalisme.
“Kalau ditanya apa kualitas dari sebuah informasi, jawabannya akurasi. Nomor dua akurasi. Nomor tiga juga akurasi. Inilah yang harus kita jaga agar jurnalisme tetap relevan dan dipercaya publik,” tandasnya.
Nezar juga menekankan arti penting persatuan insan pers dalam menghadapi dominasi platform media sosial dan perubahan model bisnis industri media.
“Persatuan menjadi sangat penting, bukan hanya bagi PWI, tapi juga bagi ekosistem pers nasional,” tegasnya.
Baca juga: Prabowo Perintahkan Usut Tuntas Insiden Demonstrasi
Sementara itu, Ketua Dewan Pers, Komaruddin Hidayat mengingatkan kembali bahwa kekuatan kata-kata dan berita adalah penentu perjalanan sejarah bangsa.
“Kemerdekaan Indonesia diakui dunia bukan hanya karena proklamasi, tetapi karena diplomasi kata-kata yang dibawa wartawan. Pers bukan sekadar pemberi informasi, tetapi pilar peradaban,” ujarnya.
Komaruddin juga menegaskan informasi seperti kebutuhan makan dan minum.
“Jika informasinya sehat, masyarakat akan tumbuh kuat. Tapi jika beracun, ia bisa merusak tatanan sosial dan politik. Disinilah tanggung jawab besar wartawan dalam menjaga kohesi sosial dan persatuan bangsa dari Aceh sampai Papua,” tandas Komaruddin.


