-1.5 C
New York
Tuesday, February 11, 2025

Buy now

Transaksi Melonjak 32%, Literasi Keuangan Digital Perlu Ditingkatkan

TEKNOBUZZ – Teknologi finansial (fintech) telah mengalami lonjakan yang luar biasa di masa normal baru akibat pandemi COVID-19. Potensi pertumbuhan pengguna yang tinggi dan peningkatan transaksi digital yang signifikan ke depannya akan mendorong kemajuan fintech.

Sektor fintech di Indonesia memiliki masa depan yang menjanjikan dan diperkirakan akan mendorong nilai transaksi, seperti yang disebutkan dalam East Ventures – Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2023. Prospek positif ini berkaitan erat dengan hubungan antara jumlah transaksi digital, literasi keuangan, dan inklusi keuangan.

Laporan EV-DCI 2023 menunjukkan peningkatan transaksi digital di Indonesia melonjak sebesar 32% dibandingkan tahun 2019. Lonjakan ini disertai dengan peningkatan literasi keuangan sebesar 17% dan peningkatan inklusi keuangan sebesar 20%.

Data ini mengindikasikan adanya kemajuan dalam hal kesadaran dan akses terhadap sarana finansial demi stabilitas dan kesejahteraan ekonomi yang lebih baik.

Salah satu pendorong utama kesuksesan fintech di Indonesia adalah adopsi platform pembayaran digital yang cepat.

Platform-platform ini telah menyederhanakan transaksi seperti e-wallet, internet banking, dan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang berkontribusi pada pergeseran dari aktivitas keuangan tradisional offline ke online.

Sebelum pandemi, penggunaan dompet digital hanya sekitar 10%. Namun, sepanjang tahun 2020, terjadi peningkatan persentase penggunaan dompet digital yang cukup signifikan, yaitu mencapai 44%.

Karantina dan pembatasan sosial selama pandemi mempercepat adopsi belanja online, menjadikan e-commerce sebagai sarana untuk konsumen dan bisnis. Hasilnya? Pertumbuhan e-commerce yang luar biasa sebesar 40% YoY dalam e-commerce selama semester pertama tahun 2022.

Lebih mengesankan lagi, 53% pengguna e-commerce lebih memilih e-wallet. Artinya, kepercayaan yang semakin meningkat terhadap pembayaran digital.

Tantangan perkembangan fintech

Terlepas dari pertumbuhan yang mengesankan di sektor fintech, ada beberapa tantangan yang harus diatasi. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat kesenjangan sebesar 8,3% antara literasi dan inklusi keuangan di platform fintech.

Hal ini menandakan bahwa beberapa individu mengetahui layanan fintech tetapi membutuhkan lebih banyak informasi untuk mengaksesnya.

Kesenjangan dalam literasi keuangan dan inklusi keuangan juga terlihat jelas di beberapa provinsi. Bengkulu, Kalimantan Tengah, dan Sulawesi Tenggara memiliki tingkat inklusi keuangan yang tinggi namun tingkat literasi keuangan yang rendah.

Data yang berbanding terbalik di tabel bawah ini menujukkan masyarakat memiliki akses terhadap produk keuangan namun membutuhkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai penawaran produk tersebut.

Kesenjangan pengetahuan ini membuat mereka terpapar pada risiko dampak bermunculannya pinjaman online (pinjol) ilegal. Antara tahun 2018 dan 2022, pihak berwenang telah menutup setidaknya 4.432 kasus pinjol ilegal – mengindikasi betapa seriusnya masalah ini.

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah proaktif untuk mengatasi tantangan ini dengan menerapkan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) untuk tahun 2021-2025. Strategi ini bertujuan untuk mencapai inklusi keuangan sebesar 90% pada tahun 2024. 

Melalui strategi yang dirumuskan tersebut, pemerintah telah meluncurkan beberapa inisiatif, termasuk membuat Massive Open Online Courses (MOOC) dan menyediakan kalkulator keuangan di situs web OJK untuk menilai kesehatan keuangan dan menyusun rencana keuangan yang baik.

Para pemain fintech, termasuk perusahaan dan asosiasi pun diharuskan menyelaraskan inisiatif mereka dengan strategi SNLKI.

Related Articles

- Advertisement -spot_img

Latest Articles