TEKNOBUZZ – Pasar gaming Indonesia tengah memasuki babak baru dengan proyeksi pertumbuhan yang menjanjikan. Menurut laporan Indonesia Gaming Market Forecast 2025-2032 dari Inkwood Research, nilai pasar gaming di Indonesia pada 2024 mencapai USD 4,83 miliar (Rp 785 triliun) dan diperkirakan tumbuh dengan CAGR 5,89% hingga 2032.
Dengan lebih dari 150 juta gamer aktif pada 2023, Indonesia kini menjadi salah satu pasar game terbesar di Asia Tenggara. Salah satu faktor utama yang mendorong pertumbuhan ini adalah penetrasi internet tinggi, yaitu mencapai 79,50%, jauh melampaui rata-rata global 67,10%.
Kondisi ini membuka peluang besar bagi developer lokal untuk menjangkau pasar domestik maupun internasional.

Kenaikan Industri Mobile Gaming Indonesia Dipicu oleh Banyaknya Ponsel Gaming Murah
Selain itu, banyaknya smartphone gaming atau smartphone dengan spesifikasi mumpuni untuk gaming yang dijual dengan harga terjangkau dan infrastruktur internet yang semakin baik turut memicu lonjakan mobile gaming. Ini dibuktikan dengan Indonesia mencatat sekitar 3,37 miliar unduhan game mobile pada tahun 2022.
Dengan begitu, Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia untuk industri gaming mobile, setelah India dan Brazil. Meski potensinya besar, industri game Indonesia masih menghadapi tantangan serius.
Pada 2022, developer lokal hanya meraih 0,5% dari total pendapatan industri, sedangkan perusahaan asing mendominasi. Hal ini menyebabkan arus keluar modal yang signifikan, di mana keuntungan dari gamer Indonesia lebih banyak dinikmati perusahaan luar negeri.
Pemerintah RI Wajibkan Developer Game Asing Punya Kantor Cabang di Indonesia
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Republik Indonesia (RI) menerbitkan Peraturan Presiden No. 19 Tahun 2024 yang mewajibkan developer asing bermitra dengan developer lokal atau membuka kantor cabang di Indonesia jika ingin mendistribusikan game. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan program pelatihan bersama institusi pendidikan guna menutup kesenjangan keterampilan, serta mempertimbangkan insentif fiskal seperti tax holiday untuk mempercepat pertumbuhan sektor ini.
Tren industri gaming pun semakin menarik dengan hadirnya Indonesia Game Developer Exchange (IGDX) Conference, yang menjadi wadah kolaborasi antara pelaku lokal dan global. Acara ini berperan penting dalam membangun ekosistem dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat inovasi gaming regional.
Dari sisi konten, developer lokal mulai menunjukkan jati diri melalui karya yang mengangkat budaya Indonesia. Contohnya, game “Lokapala”, MOBA pertama di Asia Tenggara, yang menghadirkan elemen budaya seperti relief Borobudur dan Prambanan. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki potensi menciptakan game dengan identitas unik yang bisa bersaing di pasar global.Beberapa nama besar dalam industri game Indonesia adalah Agate, Arsanesia, dan Digital Happiness.
Agate, misalnya, telah meluncurkan lebih dari 250 judul game serta menyediakan layanan gamifikasi untuk berbagai perusahaan di Asia Tenggara dan Amerika Serikat. Dengan portofolio tersebut, developer lokal semakin diakui di kancah internasional.
Namun, regulasi juga bisa menjadi tantangan. Rencana pemerintah untuk membatasi penggunaan media sosial bagi anak di bawah 16 tahun, terinspirasi dari kebijakan Australia, bisa berdampak pada strategi akuisisi pengguna muda oleh perusahaan game. Meski bertujuan melindungi anak dari risiko judi online, kebijakan ini tetap menjadi faktor yang harus diantisipasi oleh industri.
Dengan potensi pasar yang masif, dukungan regulasi, serta kreativitas developer lokal, industri gaming Indonesia berpeluang besar tumbuh sebagai salah satu yang terkuat di kawasan. Tantangan memang ada, tetapi dengan strategi yang tepat, Indonesia bisa menjadi pusat inovasi game di Asia Tenggara.