TEKNOBUZZ – Berdasarkan laporan terbaru dari International Data Corporation (IDC), pengeluaran teknologi Internet of Things (IoT) di kawasan Asia-Pasifik, kecuali Jepang diproyeksikan mencapai USD 355 miliar atau sekitar Rp5.700 triliun pada tahun 2029.
Angka ini meningkat signifikan dari USD 241 miliar (Rp3.880 triliun) pada 2025, dengan pertumbuhan tahunan rata-rata (CAGR) sebesar 12,6%.
Menurut laporan IDC Worldwide Semiannual Internet of Things Spending Guide, sektor manufaktur, pemerintah, ritel, dan utilitas akan menjadi pendorong utama adopsi IoT di kawasan tersebut. Dalam industri manufaktur, pengeluaran terbesar akan datang dari sektor manufaktur industri dan barang konsumsi.

Sementara itu, sektor layanan kesehatan serta transportasi dan perjalanan diprediksi mencatat pertumbuhan tercepat selama lima tahun ke depan.
Marcus Torchia, Wakil Presiden Riset IDC, menjelaskan bahwa taksonomi baru dalam panduan IoT ini membantu vendor memahami pola investasi teknologi. “Rantai pasok dan distribusi ritel kini menjadi tema investasi yang menonjol dalam penerapan IoT,” ujarnya.
Dari sisi teknologi, perangkat keras (hardware) masih mendominasi dengan lebih dari 60% total belanja IoT di 2025. Ini didorong oleh permintaan tinggi untuk modul dan sensor penghubung perangkat. Namun, layanan berbasis penyediaan seperti telekomunikasi dan software as a service (SaaS) akan menjadi segmen dengan pertumbuhan tercepat.
Sharad Kotagi, Analis Pasar IDC, menambahkan bahwa investasi strategis dalam AI, analitik, dan keamanan menjadi kunci dalam optimalisasi bisnis berbasis IoT. “Solusi IoT yang kuat akan mempercepat transformasi digital dengan memaksimalkan keputusan berbasis data dan meningkatkan pengalaman pelanggan,” katanya.
China akan menjadi pasar IoT terbesar di Asia Pasifik dengan lebih dari 60% pangsa pengeluaran IoT di 2025, disusul India dan Korea Selatan. Adapun Indonesia termasuk di antara negara di kawasan Asia Pasifik dengan pertumbuhan IoT tercepat, didorong oleh inisiatif smart factory dan program pemerintah Indonesia terkait industri 4.0.