TEKNOBUZZ – Serangan Operasi militer “Operation Midnight Hammer” yang diluncurkan oleh Amerika Serikat (AS) terhadap Iran pada Jumat dini hari telah menyoroti pergeseran paradigma dalam peperangan modern, di mana ruang siber kini menjadi medan tempur yang krusial.
Operasi ini bukan sekadar unjuk kekuatan konvensional, melainkan demonstrasi nyata implementasi “Multi Domain Warfare” yang mengintegrasikan serangan siber, elektronik, dan operasi psikologis secara bersamaan.
Menurut Ardi Sutedja K, Ketua dan salah satu pendiri Indonesia Cyber Security Forum (ICSF), “Dunia dalam Pusaran Perang Modern” menjadi kalimat pembuka yang relevan menyoroti serangan AS ke Iran ini.
Ia menyatakan, “Operation Midnight Hammer’ yang diluncurkan Amerika Serikat pada Jumat dinihari kemarin bukan sekadar operasi militer biasa, melainkan sebuah demonstrasi nyata tentang bagaimana konsep ‘Multi Domain Warfare’ diimplementasikan dengan presisi mematikan”.
Operasi ini menurutnya telah membuka mata dunia tentang kompleksitas ancaman di era digital, di mana pertempuran tidak lagi terjadi hanya di medan perang fisik, tetapi merambah ke ruang siber, orbit satelit, dan bahkan ranah kognitif manusia melalui perang informasi”.
Anatomi “Operation Midnight Hammer” dan Implikasinya
Analisis “Operation Midnight Hammer” dalam serangan AS ke Iran menunjukkan karakteristik khas peperangan multidomain, antara lain:
Integrasi Sistem yang Tanpa Celah
AS berhasil menyinkronkan operasi tempur konvensional dengan serangan siber simultan, serangan elektronik, dan operasi psikologis dalam satu paket operasi yang terkoordinasi sempurna.
Penguasaan di Semua Domain
Operasi ini menunjukkan kemampuan untuk menguasai ruang udara dengan drone generasi terbaru, melumpuhkan jaringan komunikasi musuh melalui serangan elektronik, mengganggu rantai komando dengan operasi informasi terencana, serta melindungi aset digital sendiri dari serangan balasan.
Penggunaan Teknologi Revolusioner
Kecerdasan buatan untuk analisis data real-time, sistem otonom untuk pengintaian, dan senjata berpresisi tinggi menjadi tulang punggung operasi ini.
Ancaman Siber Global dan Regional
Keberhasilan “Operation Midnight Hammer” semakin memfokuskan perhatian dunia pada risiko siber yang terus berkembang. Ardi menjelaskan bahwa serangan siber telah menjadi salah satu ancaman paling signifikan bagi keamanan nasional di era digital yang serba terhubung.
Negara-negara dan organisasi kriminal di seluruh dunia semakin canggih dalam melancarkan serangan yang dapat merusak infrastruktur kritis, mencuri data sensitif, dan mengganggu stabilitas sosial.
Di tingkat global, aktor negara seperti Rusia dan China sering dianggap sebagai pelaku utama dalam serangan siber terkoordinasi. Di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, ancaman ini semakin nyata.
Dampak Terhadap Keamanan Siber Indonesia
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang berada di persimpangan lalu lintas perdagangan global, Indonesia menghadapi tantangan unik dalam membangun sistem pertahanan multidomain. Ardi menyoroti kerentanan Indonesia, khususnya:
Kerentanan Siber
Laporan BSSN menunjukkan peningkatan 300% serangan siber pada infrastruktur kritis Indonesia dalam tiga tahun terakhir, dengan beberapa serangan menunjukkan karakteristik yang diduga didukung oleh negara.
Ketergantungan Teknologi
Banyak sistem pertahanan Indonesia masih bergantung pada teknologi impor, menciptakan kerentanan dalam rantai pasok dan keamanan sistem.
Sektor-sektor utama di Indonesia yang menjadi target serangan siber meliputi:
Infrastruktur Kritis
Serangan dapat menyebabkan gangguan besar pada layanan publik seperti listrik, air bersih, transportasi, dan komunikasi, berpotensi memicu krisis ekonomi dan sosial.
Kesehatan
Serangan dapat mengganggu pelayanan kesehatan dan memicu penyalahgunaan data pasien.
Keuangan
Bank dan lembaga keuangan menjadi sasaran pencurian data dan penipuan, berpotensi merusak kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan.
Energi
Perusahaan energi rentan terhadap sabotase dan pencurian data, yang dapat mengganggu produksi dan distribusi energi.
Teknologi dan Telekomunikasi
Serangan dapat mengganggu komunikasi dan akses informasi, krusial untuk bisnis dan pemerintahan.
Pemerintahan
Serangan terhadap instansi pemerintah dapat mengakibatkan kebocoran data pribadi warga negara dan mengganggu stabilitas politik.
Pilar-Pilar Pertahanan Multidomain Indonesia
Untuk membangun sistem pertahanan multidomain yang tangguh, Indonesia perlu mengembangkan beberapa pilar utama:
Pilar Teknologi
Pengembangan pusat riset pertahanan multidomain, investasi dalam teknologi kuantum, AI, dan komputasi awan untuk pertahanan, serta penguatan industri pertahanan nasional yang mandiri.
Pilar Sumber Daya Manusia
Pendidikan spesialis multidomain di akademi militer, program pertukaran dengan negara maju, dan pembentukan satuan tugas khusus untuk operasi multidomain.
Pilar Kebijakan dan Doktrin
Penyusunan doktrin pertahanan multidomain yang komprehensif, reformasi kerangka hukum untuk operasi siber dan ruang angkasa, serta penguatan diplomasi pertahanan.
Rekomendasi Strategis dan Panggilan Aksi
Berdasarkan analisis komprehensif, Ardi Sutedja K. merekomendasikan beberapa strategi untuk memperkuat pertahanan multidomain Indonesia:
- Pembentukan Komando Operasi Bersama Multidomain yang mengintegrasikan TNI, BIN, BSSN, dan lembaga terkait.
- Program akselerasi teknologi pertahanan dengan alokasi khusus anggaran riset dan kerjasama triple helix (pemerintah-industri-akademisi).
- Penyiapan kerangka hukum yang komprehensif, termasuk Undang-Undang Operasi Siber dan regulasi penggunaan AI dalam pertahanan.
“Operation Midnight Hammer telah memberikan pelajaran berharga bahwa pertahanan tradisional tidak lagi memadai di era modern ini,” tegas Ardi.
Ia menekankan bahwa Indonesia sebagai negara besar harus segera bertindak untuk mengonsolidasikan semua elemen pertahanan nasional, berinvestasi besar-besaran dalam teknologi pertahanan masa depan, membangun budaya keamanan nasional yang holistik, dan memperkuat posisi dalam tata kelola keamanan global.
“Waktu tidak berpihak pada mereka yang ragu-ragu. Momentum untuk bertindak adalah sekarang, sebelum kita menemukan diri kita dalam posisi yang tidak menguntungkan dalam percaturan keamanan global,” ujarnya.
Ia menyimpulkan, pertahanan multidomain bukan lagi pilihan, melainkan suatu keharusan bagi kedaulatan dan kelangsungan hidup bangsa di abad ke-21 ini.