17.2 C
New York
Tuesday, June 17, 2025

Buy now

Barang Digital Pemerintah Wajib “Made in Indonesia”, Beneran Untung?

TEKNOBUZZ – Pemerintah lagi bikin gebrakan soal belanja barang digital. Sekarang, semua instansi pemerintah diwajibkan mengikuti aturan buat milih produk dan layanan digital yang punya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) minimal 25%.

Aturan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2025 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah ini bukan main-main, tujuannya jelas yakni biar duit negara muter di dalam negeri dan ngembangin perusahaan teknologi lokal.

Bayangin aja, selama ini banyak banget software, aplikasi, atau bahkan layanan cloud yang dipakai pemerintah itu buatan luar negeri. Nah, dengan aturan baru ini, perusahaan-perusahaan Indonesia punya angin segar buat nawarin produknya. Kesempatan buat mereka nunjukkin kualitas dan bersaing makin gede.

Tapi, seperti biasa, aturan baru pasti ada aja yang jadi perdebatan. Ada yang bilang ini langkah bagus buat majuin industri teknologi kita. “Kapan lagi produk anak bangsa bisa jadi tuan rumah di negeri sendiri?” celetuk salah satu netizen di media sosial.

Tapi, ada juga yang nyinyir. Mereka khawatir kalau aturan ini malah bikin pemerintah jadi terbatas milih produk yang bener-bener bagus. “Jangan sampai kualitasnya jadi nomor dua, yang penting ‘Made in Indonesia’,” komentar yang lain. Ada juga yang mempertanyakan, emang udah siap banget perusahaan lokal kita buat nyediain semua kebutuhan digital pemerintah?

Pemerintah sendiri ngeyakinin kalau aturan ini udah dipertimbangkan mateng-mateng. Mereka bilang, ini bukan cuma soal nasionalisme, tapi juga soal keamanan data dan kedaulatan digital. Kalau produk lokal yang dipakai, data-data penting negara jadi lebih aman karena nggak “numpang” di server negara lain.

Menurut Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, aturan TKDN itu sebenarnya memiliki dampak positif. Utamanya adalah agar Indonesia tidak sekadar menjadi pasar produk dari asing. Dengan TKDN maka akan ada investasi, akan ada pelibatan lokal, baik produk maupun juga tenaga kerja.

“Memang diharapkan minimal bisa 30-40 persen, tapi kalau baseline nya 25% kita berharap akan ada peningkatan setiap tahun atau tiap dua tahun. Agar makin tinggi TKDN itu makin baik,” kata Heru.

Baca juga: Makin Indonesia, Laptop Asus ExpertBook B1 Kantongi TKDN 40%

Namun demikian, lebih lanjut Heru juga menyampaikan bahwa pemerintah juga perlu menyiapkan SDM mendukung TKDN tersebut, termasuk kemudahan investasi dan pabrik.

Sekarang, bolanya ada di tangan perusahaan teknologi Indonesia. Ini kesempatan emas buat mereka unjuk gigi. Kualitas produk harus dijaga, harga juga harus bersaing. Kalau mereka bisa memanfaatkan peluang ini, bukan nggak mungkin industri ICT kita makin maju dan bisa jadi pemain penting di Asia Tenggara.

Kita tunggu aja, gimana kelanjutannya. Apakah aturan TKDN ini beneran jadi angin segar buat perusahaan lokal, atau malah bikin ribet urusan digital pemerintah? Yang pasti, mata netizen bakal terus awas ngikutin perkembangan berita ini.

Related Articles

- Advertisement -spot_img

Latest Articles